Perempuan itu datang lagi ke masjid. Seperti biasa, dia selalu dikucilkan dan selalu berada di shaf paling belakang. Seolah-olah perempuan itu sebuah benda najis yang harus dijauhi, tak boleh bersentuhan dengan yang lain. Padahal seperti jamaah jamaah perempuan lainnya, dia dalam keadaan suci. Tidak haid dan tidak pula sedang junub. Para jamaah yang lain seakan akan memiliki hak sekaligus kewajiban untuk membenci perempuan cantik yang berusia tigapuluh lima itu dan sebisa mungkin menjauhi perempuan itu karena satu alasan: perempuan itu dulunya bekerja menyewakan tubuhnya yang aduhai….
Hari ini adalah tujuh hari setelah dia absen tak berjamaah di masjid. Seperti juga perempuan lain, dia baru saja kedatangan tamu bulanannya. Jadi bukan karena jera dikucilkan oleh jamaah lain yang kata-katanya sempat membuat kuping yang mendengarnya menjadi merah padam.
Maka setelah sholat dilaksanakan, para jamaah perempuan semakin nyaring gunjingannya.
“Apa kataku… perempuan itu cuma mau mengelabuhi kita. Cuma mau cari muka di depan pak Soleh.” Ucap seorang perempuan.
“Iya, baru beberapa hari ke masjid saja, sudah absen. Sekarang datang lagi.” Teriak perempuan yang lain yang lupa kalau sedang kedatangan tamupun dia juga tak akan pergi ke masjid.
“Ya wajarlah… kalau ordernya lagi sepi, dia kan mulai sadar.”
“Betul… dasar perempuan gituan!!”
“Aneh juga dengan pak Soleh. Masih saja membela wanita itu.”
Dan ternyata Pak Soleh mendengar gunjingan para perempuan itu. “Saya ingatkan lagi pada ibu ibu ya…. Jangan suka menggunjingkan orang lain!”
Para ibu ibu itu hanya diam.
“Kenapa mesti menghalangi orang yang mau bertobat? Allah sendiri Maha Penerima taubat hambanya yang benar benar mau bertaubat.”
Mereka hanya diam. Ada beberapa ibu-ibu yang menunjukkan mimik wajah tak suka.
“Baru saja kemarin saya berceramah, janganlah mengolok olok orang lain. Bisa jadi yang mengolok olok lebih jelek dari yang kita olok olok.”
Para ibu ibu itu tetap saja mematung. Kebencian semakin mencuat karena mantan pelacur ini selalu dibela oleh Pak Soleh.
####
Tepat berkumandang azan subuh, perempuan itu datang lagi. Seperti biasa dia selalu menyendiri di shaf paling belakang. Tekad dan niat yang dimilikinya sudah bulat dan tak bisa dipadamkan sekalipun gunjingan dari warga lain terutama para ibu ibu semakin nyaring dan semakin kejam. Saat pulang dari sholat subuh, ditengah perjalanan pulang, para ibu ibu itu mencegatnya.
“Hei! Perempuan! Belum kapok juga ya?”
Seperti kemarin kemarin perempuan itu hanya diam membisu.
“Beraninya cuma berlindung dibalik punggung Pak Soleh!”
Kedua mata perempuan itu mulai berkaca kaca. Dalam hatinya dia ingin sekali memberontak, ‘beraninya cuman main keroyokan!’. Tapi itu tak sempat diucapkannya, cuma menderas dalam hati saja.
“Eh… pake nangis segala…. Air mata buaya!!!”
Perempuan itu memberanikan diri menatap satu per satu wajah mereka.
“Ini peringatan terakhir buatmu. Sekali lagi jangan kau masuki masjid kami hai wanita najis. Cuih….!”
Kata salah satu ibu ibu dengan membuang air ludah didepan perempuan itu.
“Jangan diam saja. Berjanji pada kami!”
“Ya, kalau kamu nekat, kami tak segan-segan membakar rumahmu. Mengerti!!!”
Mendengar ancaman yang terakhir, perempuan itu bergidik. Ternyata mereka tak main main.
Perempuan itu segera mengucapkan janjinya, “Ya… aku janji aku tak akan memasuki masjid kalian lagi.”
“Bagus! Kau sendiri yang berjanji.”
Mereka akhirnya membubarkan diri pulang ke rumah masing masing meninggalkan perempuan itu yang mulai menitik air matanya. Begitu berat cobaan yang dihadapinya untuk menuju tobat.
####
Keesokan harinya, saat berkumandang azan subuh, perempuan itu bergegas mengambil air wudhu. Kalau kemarin dia masih memberanikan diri untuk berangkat ke masjid, tapi tidak kali ini. Semalam dia sudah memikirkan janji yang sudah diucapkannya di hadapan para ibu ibu itu. Kata kata itu selalu terngiang ngiang di telinganya. ‘Aku tak akan lagi memasuki di masjid kalian.’ Ini tidak berlaku kalau diluar masjid kan? Perempuan itu terus memikirkan cara, bagaimana supaya dia tetap bisa berbuat baik yang bisa dilakukannya diluar masjid.
Setelah mengambil air wudhu, dia tak langsung menunaikan sholat, tapi dia mengintip dari balik jendela rumahnya, orang yang lalu lalang menuju masjid. Saat iqomah diserukan, perempuan itu mengendan-endap pelan-pelan melangkahkan kakinya ke masjid. Perempuan itu tidak membawa peralatan sholat. Dan dia pun tak hendak mengingkari janjinya.
Ketika sampai di halaman masjid, perempuan itu mengatur langkahnya agar kehadirannya tidak diketahui oleh siapapun. Dan saat itu sangat sepi, para jamaah khusyuk melakukan sholat subuh, Perempuan itu melakukan sesuatu yang siapapun tak akan menduga. Dia membalik setiap sandal yang ada di masjid dengan harapan pemiliknya akan mudah memakainya sewaktu pulang nanti. Dengan tulus perempuan itu membalik semua sandal karena dia yakin ada pahala disetiap kemanfaatan bagi orang lain.
By. Renungan & Kisah Inspiratif
Labels
- Dongeng Anak (1)
- Kisah Abu Nawas (2)
- Kisah Inspiratif (1)
- Kisah Teladan (1)
- Kumpulan Cerpen Islami (11)
Blog Archive
-
▼
2010
(16)
-
▼
Oktober
(16)
- Kisah Sepanjang Jalan
- Robohnya Surau Kami
- AYAT - AYAT CINTA EMAK
- DOWNLOAD NOVEL GRATIS
- Ayah, Maaf kan Dita....
- Cinta Laki - Laki Biasa
- 40 Tahun Berbuat Dosa
- Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi
- Sang Pembalik Sandal
- Menari di Langit GAZA
- Selembar Uang 5000
- Aladin Dan Lampu Ajaib
- Abu Nawas Mati
- Semua Demi EMAK
- Dampingi Aku Selamanya
- Surat Untuk Ayah
-
▼
Oktober
(16)
Minggu, 24 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar